Kamis, 27 Mei 2010

pemeriksaan fisik Enuresis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Evaluasi enuresis nokturnal dimulai dengan anamnesis. Penting untuk menentukan apakah enuresis merupakan primer atau sekunder. Pola enuresis juga harus ditentukan, yaitu mencakup berapa malam per minggu dan berapa kali (episode) per malam. Pola asupan cairan malam hari harus dicatat, demikian pula asupan kafein jika ada.1

Tabel 2. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta interpretasinya.9

Gejala, tanda, kondisi

Interpretasi yang mungkin

Rujukan ke dokter spesialis

Sering buang air kecil

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Nokturia

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Urgensi urinaria


Ya

Inkontinensia di siang hari


Ya

Kelainan aliran kemih atau interuptus


Ya

Urin merembes pada popok

Poliuria nokturnal

Tidak

Urin volume besar pada buang air kecil pertama pagi hari

Poliuria nokturnal

Tidak

Asupan air siang hari sedikit, haus saat pulang sekolah, mayoritas asupan air pada sore atau malam hari

Poliuria nokturnal

Tidak

Haus, poliuria

Poliuria nokturnal, kemungkinan diabetes melitus atau diabetes insipidus

Tidak

Sistitis

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Konstipasi atau enkopresis

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Mendengkur

Gangguan bangun tidur

Ya

Tinja keras di abdomen

Konstipasi

Ya

Tidak adanya jepitan anus

Neurogenic bladder

Ya

Kelainan kulit lain di daerah vertebra lumbosakral

Neurogenic bladder

Ya

Tidak ada perbaikan dengan terapi


Ya

Anamnesis harus mencakup pertanyaan mengenai poliuria, polidipsia, urgensi, frekuensi, disuria, kelainan aliran urin, riwayat infeksi saluran kemih, mengompol spontan, dan keluhan saluran cerna (15% anak dengan enuresis juga mengalami enkopresis). Riwayat gangguan tidur seperti sleep apnea atau insomnia dan riwayat neurologik maupun perkembangan harus ditanyakan. Riwayat keluarga juga membantu investigasi enuresis.1

Pemeriksaan fisik harus mencakup palpasi abdomen untuk menilai ada/tidaknya massa tinja, pemeriksaan tulang belakang segmen bawah untuk menilai ada/tidaknya stigmata kutaneus disrafisme spinalis (pigmentasi pada linea vertebralis), penilaian jepitan anus, dan evaluasi kekuatan motorik, tonus, refleks, dan sensasi di tungkai untuk membuktikan ada/tidaknya neurogenic bladder. Anak-anak yang mengalami gejala mengompol di siang hari atau tidak membaik dengan terapi harus dirujuk ke dokter spesialis anak.9

DAFTAR PUSTAKA

Sufriyana. 2010. Enuresis. http://imsj.globalkrching.com/enuresis/. 190510

Tidak ada komentar:

Posting Komentar