Senin, 17 Mei 2010

Anak Hiperaktif

I. PENDAHULUAN

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya lahir dengan selamat dan normal, baik secara fisik, perilaku maupun mental. Namun, bagaimana jadinya jika pada kenyataannya bahwa anak mereka harus mengalami ketidaknormalan. Tidak mudah ketika orang tua harus berhadapan dengan kondisi anak yang seperti ini. Lazimnya seperti halnya gejala autis dan hiperaktif yang sering terjadi pada anak-anak.

Gejala autis dan hiperaktif adalah termasuk gangguan yang disebabkan oleh perkembangan otaknya yang tidak normal. Sehingga membuat pertumbuhan sang anak menjadi tidak biasa. Pada awalnya gangguan seperti ini tidak tampak pada usia batita, baru dapat dipastikan saat menjelang masuk sekolah atau di atas usia 4 atau 5 tahun.

Akan tetapi, tidak semua perhitungan umur seperti ini bisa dijadikan sebagai patokan yang pasti. Karena batasan usia terkena gangguan semacam ini memang bervariasi. Bisa jadi seorang anak justru mengalami gangguan ini pada usia batita. Oleh karena itu orang tua harus selalu waspada dalam menghadapi setiap perkembangan anaknya.

Secara umum dapat diamati bahwa ciri-ciri anak hiperaktif adalah anak yang cenderung selalu mengganggu teman, tidak bisa diam, kemampuan akademik tidak optimal, kecerobohan dalam hubungan sosial, sikap melanggar tata tertib secara implusif, serta mengalami kesulitan konsentrasi dalam belajar. Kemungkinan cirri-ciri perilaku seperti ni akan mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa jika tidak segera diobati.

Gangguan hiperaktif ini secara luas di masyarakat dikenal sebagai turunan dari “Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD)”. Apabila gangguan ADHD/hiperaktif ini tidak diobati, maka pada akhirnya akan menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah. Akibatnya perkembangan anak menjadi tidak tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku dikemudian hari.

Untuk itu, buku ini sangat cocok dan penting untuk dijadikan sebagai buku panduan bagi orang tua agar dapat mengenali lebih dini gangguan-gangguan semacam itu. Karena pada dasarnya penanganan anak penderita hiperaktif (ADHD) dalam bentuk terapi perilaku atau obat tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak ditunjang oleh sikap kedua orang tuanya. Sikap kasih sayang dan perhatian yang cukup, serta mampu memahami kondisi si anak berdasarkan gangguan yang ia alami.

B. HIPERAKTIF

Menurut Sani Budiantini Hermawan, “Ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologist dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Hiperaktif merupakan turunan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder atau ADHD.”

Psikolog dari Klinik Empati Development Center, Jakarta ini melanjutkan, gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Ada juga penyebab lainnya, yaitu: temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsy. Bisa juga karena kondisi gangguan di kepala, seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Ciri-ciri dari anak hiperaktif adalah:

1. Tidak fokus atau mudah sekali dialihkan perhatiannya.

2. Memiliki sikap penentang/penentang atau tidak mudah dinasihati.

3. Perilakunya bersifat destruktif atau merusak.

4. Tak kenal lelah.

5. Aktivitas yang dilakukannya tanpa tujuan yang jelas.

6. Tidak sabaran dan usil.

7. Intelektualitas di bawah intelektualitas rata-rata anak normal.

Jika kita melihat ciri-ciri umum tersebut, maka akan terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan oleh orang tua atau keluarga dalam mengasuh anak hiperaktif.

Menerima Keadaan Anak

Bagi para orang tua yang anaknya menderita ADHD, hal pertama dan terpenting yang harus dilakukan adalah menerima kondisi anak. Mereka diharapkan dapat menyadari bahwa keadaan tersebut bukanlah kemauan sang anak melainkan kondisi otaknya yang sudah demikian sehingga muncul perilaku yang kurang positif. Karena itu ayah, ibu, dan anggota keluarganya yang lain harus bekerja sama dengan baik untuk dapat menangani anak tersebut. Ini ditindaklanjuti dengan upaya untuk lebih memahami sikap dan perilaku anak serta apa yang dibutuhkannya, baik secara psikologis, kognitif, maupun fisiologis. Jika si anak merasa keluarganya bisa mengerti keinginannya, perasaannya, dan frustasinya, maka kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan anak tumbuh seperti orang-orang normal lainnya.

Sediakan Sarana

Anak hiperaktif cenderung tidak bisa diam dan ingin selalu beraktivitas. Karena itu, ruang bermain anak hendaknya dirancang sedemikian rupa supaya tidak terlalu sempit serta tidak dipenuhi barang-barang atau pajangan. Hal ini dilakukan agar anak terhindar dari resiko-resiko seperti terbentur atau memecahkan barang berharga.

Latih Kefokusannya

Saat bermain, anak hiperaktif hendaknya diarahkan untuk memilih permainan-permainan yang melatih daya konsentrasi. Contohnya, bermain puzzle, berkebun, atau memelihara binatang. Ini dapat melatihnya untuk meningkatkan kefokusannya.

Kenali Minat dan Bakatnya

Sama halnya dengan anak-anak normal, anak hiperaktif pun memiliki minat dan bakat tertentu. Karena itu, orang tua sebaiknya benar-benar memperhatikan dan menemukan minat dan bakat tersebut. Ini berkaitan dengan energi berlebihan yang dimiliki si anak. Dengan mengetahui minat dan bakatnya, anak hiperaktif dapat dapat diarahkan untuk menyalurkan energi tersebut ke kegiatan-kegiatan positif yang mengembangkan minat dan bakatnya. Contohnya adalah dengan melibatkan anak pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler seperti belajar piano, ikut klub sepakbola, berenang, dan lain-lain.

Bangkitkan Kepercayaan Dirinya

Ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti penguat positif. Misalnya adalah dengan memberikan pujian setiap kali ia melakukan sesuatu dengan benar. Selain itu juga dapat dengan cara memberikan contoh yang baik kepada anak. Jika suatu saat anak melalukan pelanggaran, orang tuanya dapat mengingatkannya tentang contoh yang pernah mereka berikan sebelumnya. Dan yang terpenting, saat mengingatkan, orang tua harus dapat benar-benar mengendalikan amarahnya karena anak-anak hiperaktif rata-rata juga sangat sensitif. Ini sangat berpengaruh pada kepercayaan dirinya.

Perbaiki Jalur Pendengaran

Kebanyakan anak ADHD memiliki masalah pendengaran. Mereka bisa mendengar tapi sulit untuk mengerti apa yang didengarnya. Terdapat kesulitan dalam memilih suara dari seluruh sumber suara yang ada. Ia juga kesulitan untuk fokus pada satu suara. Karena itu, anak perlu dilatih untuk memperbaiki pemrosesan suara yang didengarnya. Contohnya adalah dengan terapi suara. Anak diminta untuk mendengarkan kaset khusus berisi musik selama 30-60 menit. Hasil efektif umumnya akan terlihat 100 jam pascaterapi. Aktivitas fisiknya yang berlebihan akan tampak menurun sedangkan daya konsentrasinya meningkat.

Selain beberapa cara di atas, masih banyak lagi cara yang dilakukan untuk mengasuh anak-anak hiperaktif secara efektif. Pastinya, peran dan perhatian dari keluarga, terutama kedua orang tua, sangat berpengaruh dalam perkembangannya.

C. FAKTOR DAN GEJALA HIPERAKTIF

Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention

Deficit/Hyperactivity disorder). Untuk dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.

Inatensi

Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.

Hiperaktif

Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat.

Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.

Impulsif

Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut

muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah. Problem-problem yang biasa dialami oleh anak hiperaktif

Problem di sekolah

Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan

membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa

Problem di rumah

Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit

kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, ia gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya. Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak secara

kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.

Problem berbicara

Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik. Anak

hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.

Problem fisik

Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang

anak - anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :

Faktor neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau

eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan

insiden hiperaktif

Terjadinya perkembangan otak yang lambat.

Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan

Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang

merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga

terlihat pada anak kembar.

Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :

- Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas Kenali kelebihan dan bakat anak

- Membantu anak dalam bersosialisasi Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan

penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya.

- Menerima keterbatasan anak

- Membangkitkan rasa percaya diri anak dan bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya

- Disamping itu anak bisa juga melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua. Contohnya dengan memberikan contoh yang baik kepada anak, dan bila suatu saat anak melanggarnya, orang tua mengingatkan anak tentang contoh yang pernah diberikan orang tua sebelumnya.

D. TIPS DALAM MENGHADAPI ANAK HIPERAKTIF

Berikut ini beberapa tips yang dapat Anda terapkan dalam usaha menghadapi anak hiperaktif.

  1. Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik.
  2. Jangan menghukumnya karena perilaku hiperaktif bukanlah kesalahan anak Anda.
  3. Jangan sekali-kali melabel anak hiperaktif sebagai anak nakal, malas atau bodoh, karena akhirnya ia akan bersikap seperti yang dilabelkan padanya.
  4. Keefektifan terapi berbeda-beda bagi tiap anak. Orangtua harus menentukan terapi yang terbaik bagi anak.
  5. Yang terpenting berikan kasih sayang (bukan memanjakan) pada anak hiperaktif melebihi saudara lainnya. Alasannya, seberapa banyak kasih sayang yang ditumpahkan pada anak hiperaktif, tidak akan pernah bisa penuh.
  6. Dalam mengajari anak Anda yang hiperaktif, jangan bosan untuk terus menerus mengulang hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.
  7. Di depan anak Anda tersebut, katakanlah pada orang lain kalau dia adalah anak yang baik, dan jangan mengomentari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukannya.
  8. Secara konstan/terus menerus waspadalah terhadap segala tindakannya yang mungkin dapat membahayakan dirinya atau orang lain.
  9. Perbanyak komunikasi dengan anak Anda. Jika pada anak normal kita cenderung berkomunikasi pada saat-saat tertentu, pada anak hiperaktif kita harus berkomunikasi "setiap satu menit sekali".

DAFTAR PUSTAKA

Admin.2008.Anak Hiperaktif.http;//www.scholargoogle.com.2010

Mengenal Dan Membimbing Anak Hiperaktif.http;//www.google.com.2010

Mengarahkan Anak Hiperaktif.http;//www.suaramerdeka.com.2010

Penanganan anak Hiperaktif.http;//www.republika.co.id.2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar