Jumat, 04 Juni 2010

Terapi Gagap

Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata, atau frasa; serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara (lihat gangguan suara) atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata (lihat disleksia). Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Di luar kegagapannya, orang yang gagap umumnya normal.

Gangguan ini juga bersifat variabel, yang berarti bahwa pada situasi tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau menurun. Walaupun penyebab utama gagap tidak diketahui, faktor genetik dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini. Banyak teknik terapi bicara yang dapat meningkatkan kefasihan bicara pada beberapa orang.

Salah satu teknik terbaru dalam penyembuhan ini adalah dengan pijat syaraf bicara di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap. Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan.

Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagaap ini diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya. Tentu saja terapi bicara bagi anak, berbeda dengan terapi bicara anak-anak. Bagi seseorang yang menderita gagap karena genetika, disarankan untuk selalu memijat syaraf ini setiap hari.

Daftar Pustaka

Wikipedia. 2010. Gagap. http://id.wikipedia.org/wiki/Gagap. 030610

Gangguan Fonologi

Dekrispi
Gangguan Fonologi adalah kegagalan untuk menggunakan bunyi-bunyi ujaran yang sesuai bagi usia individu usia dan dialek yang digunakan. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Sekitar 3% dari anak-anak pra-sekolah dan 2% dari anak usia 6-7 tahun memiliki kelainan ini, sedangkan yang berusia 17 tahun, hanya 0,5% yang terpengaruh. Penyebab gangguan fonologis pada anak-anak tidak diketahui. Kemungkinan karena komponen genetik, karena sebagian besar anak-anak dengan masalah ini mempunyai saudara dengan kelainan yang serupa.

Gejala
* Kegagalan bersuara dengan tepat
* Mengganti satu suara lain
* Hilang suara

Perawatan
Bentuk yang lebih ringan dari gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya. Terapi wicara dianggap sebagai pengobatan yang paling sukses.

Sumber

http://us.health.detik.com/read/2009/12/03/093634/1253163/770/gangguan-fonologi?l993306770

Anak Gagap Jangan Digertak

ANAK-ANAK yang mengalami kegagapan dalam berbicara, ternyata lebih sering mendapat gertakan dibandingkan anak yang tidak gagap. Semakin parah kegagapan mereka, akan semakin sering pula gertakan yang diterima.

“Bbbbebebe.......bebe.....” Ari yang berusia sembilan tahun itu tak segera dapat meluncurkan kata “betul” dari mulutnya, saat harus menjawab pertanyaan dari gurunya. Yang terdengar kemudian justru teriakan teman-teman di kelasnya dengan bersama-sama melontarkan satu kata, “Dor!”

Ari tertunduk malu, ia tampak tidak berdaya menghadapi gertakan keras yang memotong kata yang hendak diucapkannya. Lebih-lebih ejekan dan suara tawa berseliweran dari teman-teman sekelasnya.

Sayangnya guru di kelas tidak cukup tegas memberikan perlindungan bagi murid yang mengalami gangguan wicara akibat gagap itu. Senyum tipis bahkan tersungging di bibir sang guru, meskipun setelah itu terucap peringatan tanggung, “Ssssttt.... anak-anak tidak boleh begitu. Beri kesempatan Ari untuk menjawab.”

Dengan situasi seperti itu, yang terjadi hampir setiap saat, Ari akhirnya lebih suka menarik diri dari pergaulan. Ia tumbuh sebagai anak yang pemalu, pendiam, dan lebih suka menghabiskan waktunya untuk belajar, sehingga nilai-nilai rapornya selalu bagus. Ari tumbuh sebagai anak laki-laki yang tampan dan cerdas, dengan bakat melukis yang bagus, tetapi gagap saat berbicara.

Anak Laki-Laki

Gagap dapat ditandai dengan ciri-ciri suara mulut yang berulang (terjadi repetisi), jaraknya panjang antara satu kata dengan kata berikutnya, atau mengalami blokade ketika akan mengucapkan sebuah kata.

"Penyebab gagap ini tidak tunggal, melainkan merupakan kombinasi yang kompleks antara faktor biologis dan kesalahan dalam proses belajar wicara," ujar William Murphy, peneliti di Department of Speech, Language and Hearing Science, Purdue University, AS.

Seorang anak dapat dideteksi mengalami kegagapan jika selama enam bulan atau setahun ia menunjukkan gejalanya terus-menerus. Biasanya dalam keluarga juga terdapat riwayat orang yang sudah lebih dulu mengalami kegagapan. Dalam hal ini biasanya lebih banyak terjadi pada anak laki-laki.

Di Indonesia, kita tidak pernah tahu berapa jumlah orang yang mengalami gagap. Namun, di Negara Paman Sam diperkirakan sekitar 5 persen anak pra sekolah dan 1 persen orang dewasa mengalami gagap.

Tingkat kekacauan saat berbicara ini sangat berbeda-beda pada setiap orang yang mengalami kegagapan. Ada yang tingkat kegagapannya tidak terlalu parah, tetapi hal itu sudah bisa menyebabkan penderitanya menarik diri dari pergaulan dan enggan berpartisipasi dalam percakapan karena merasa minder atau rendah diri.

Sering Digertak

Dalam berbagai kesempatan kita bisa menyaksikan bagaimana anak-anak yang sudah mengalami penderitaan akibat gagap dalam berbicara ini, harus semakin tersiksa oleh tingkah laku teman-temannya atau bahkan oleh orang dewasa lain yang tidak cukup bijaksana.

Anak-anak ini biasanya digertak sedemikian rupa ketika yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Akibatnya, mereka menjadi semakin kecil hati, rendah diri, tidak nyaman, takut dan enggan untuk berbicara.

Menurut National Stuttering Association, AS, penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang gagap berbicara justru lebih sering mengalami gertakan dibandingkan anak-anak lain. Dan semakin buruk kegagapan yang dialami seorang anak, semakin sering pula yang bersangkutan mendapat gertakan.

Dalam buku terbaru keluaran Purdue University berjudul Bullying and Teasing: Helping Children Who Stutter, di mana Murphy juga ikut menulis, dijelaskan bahwa bagi anak-anak yang gagap, gangguan dan gertakan dari teman-temannya justru membuat mereka lebih gelisah dan menderita dibanding gangguan wicara itu sendiri.

Mungkin itu pula sebabnya meskipun anak-anak itu sudah mendapatkan terapi wicara dan telah mengalami kemajuan dalam keterampilan berbicara, persoalan tidak dengan sendirinya terlepas dari mereka.

Anak-anak itu tetap saja memiliki perasaan negatif tentang dirinya dan kegagapannya, ketika mereka tumbuh semakin besar. Keterampilan mereka berbicara yang boleh jadi sudah tidak memperlihatkan sisa-sisa kegagapan, masih tetap dibayangi oleh rasa malu dan minder, yang diperoleh dari gangguan dan gertakan-gertakan yang telah dialami.

Sangat Terganggu

Di sisi lain, orangtua tidak begitu yakin apa yang sebaiknya dan seharusnya dilakukan jika anak mereka yang gagap mendapat gertakan dan gangguan dari teman-temannya. Sebagian orangtua menyarankan anak-anak supaya membalas gangguan yang diterimanya. Yang lain menganjurkan untuk mengabaikan saja gertakan yang didapat, dan menjauh dari teman-teman yang suka menggertak dan mengganggu.

Namun, menurut Murphy, anak-anak tidak bisa sungguh-sungguh mengabaikan gangguan dan gertakan yang sering diterimanya itu karena memang mereka merasa sangat terganggu. Melakukan serangan balik terhadap anak-anak atau orang lain yang mengganggu juga tidak menyelesaikan masalah, bahkan mungkin mendatangkan lebih banyak masalah dengan anak-anak yang suka menggertak itu.

Mengatasi kegagapan tidak semudah yang orang sering ucapkan ketika menghadapi anak gagap: “Pokoknya tenang dan kalem saja kalau mau berbicara.” Saran ini mungkin cocok bagi anak-anak yang grogi, tetapi bukan itu yang diperlukan oleh anak yang gagap. Yang pasti, gagap pada masa anak-anak dapat diatasi dengan terapi wicara.

Terapi yang dilakukan ketika masih kanak-kanak akan lebih mudah meraih keberhasilan dibanding saat yang bersangkutan sudah dewasa. Salah satu contoh orang yang pernah mengalami kegagapan di masa kanak-kanak adalah Winston Churchill.

Untuk mengatasi perasaan negatif serta rasa malu akibat kegagapan yang pernah dialami itu, alangkah baiknya jika anak-anak mendapatkan pendampingan dari psikolog, selama diperlukan. Para guru di sekolah sangat diharapkan kontribusinya agar anak-anak yang gagap tidak menjadi semakin terpuruk oleh ulah teman-temannya, akibat sering menerima ejekan dan gangguan dari mereka.

Daftar Pustaka

Inna. 2009. Anak Gagap. http://www.inna-k.org/2009/01/anak-gagap-jangan-digertak.html. 030610

Minggu, 30 Mei 2010

TERAPI GAGAP

Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai bimbingan dan

konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir separuh anak gagap dapat

mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli terapi wicara merupakan bantuan yang sangat

penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak.

Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua diharapkan untuk

selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan.1,25

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Irwan. Dr. 2008. Gangguan Komunikasi. www.dokteranakku.com/.../Buku%20gangguan%20bicara%20dan%20bahasa.pdf. 240510

Gangguan Fonologik

Oleh a11no4 pada Psikologi. Ditandai:Gangguan Komunikasi. Tinggalkan sebuah Komentar

http://a11no4.files.wordpress.com/2010/05/gangguan-fonologik.jpg?w=150&h=95Gangguan fonologik melibatkan kesulitan dalam artikulasi suara dalam berbicara tanpa adanya kerusakan pada meknisme bicara atau hendaya neurologis. Anak- anak dengan gangguan ini mungkin menghilangkan, mengganti, atau salah mengucapkan bunyi- bunyi tertentu terutama bunyi eh, f, l, r, sh, dan th, yang biasanya dapat diucapkan secara tepat saat anak memasuki usia sekolah. Mereka mungkin terdengar seperti bayi berbicara. Pada kasus yang lebih berat, terjadi mengartikulasi suara- suara yang seharusnya sudah dikuasai pada masa prasekolah: b, m, s, d, n, dan h. terapi bicara sering kali membantu, dan pada kasus- kasus yang lebih ringan dapat teratasi dengan sendirinya pada usia 8 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Gangguan Fonologik. http://a11no4.wordpress.com. 220510

GANGGUAN BAHASA EKSPRESIF

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti

perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan

dalam mengingat katakata

atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam

pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh.

Gangguan menjadi jelas pada kirakira

usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata

dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan

keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan

artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga

ikut mendukung diagnosis.

SUMBER

www.dokteranakku.com/.../Buku%20gangguan%20bicara%20dan%20bahasa.pdf

Pengertian Gagap

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.

Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang terdekat dalam kehidupan seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang menetap.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Irwan. Dr. 2008. Gangguan Komunikasi. www.dokteranakku.com. 240510