Minggu, 30 Mei 2010

TERAPI GAGAP

Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai bimbingan dan

konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir separuh anak gagap dapat

mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli terapi wicara merupakan bantuan yang sangat

penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak.

Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua diharapkan untuk

selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan.1,25

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Irwan. Dr. 2008. Gangguan Komunikasi. www.dokteranakku.com/.../Buku%20gangguan%20bicara%20dan%20bahasa.pdf. 240510

Gangguan Fonologik

Oleh a11no4 pada Psikologi. Ditandai:Gangguan Komunikasi. Tinggalkan sebuah Komentar

http://a11no4.files.wordpress.com/2010/05/gangguan-fonologik.jpg?w=150&h=95Gangguan fonologik melibatkan kesulitan dalam artikulasi suara dalam berbicara tanpa adanya kerusakan pada meknisme bicara atau hendaya neurologis. Anak- anak dengan gangguan ini mungkin menghilangkan, mengganti, atau salah mengucapkan bunyi- bunyi tertentu terutama bunyi eh, f, l, r, sh, dan th, yang biasanya dapat diucapkan secara tepat saat anak memasuki usia sekolah. Mereka mungkin terdengar seperti bayi berbicara. Pada kasus yang lebih berat, terjadi mengartikulasi suara- suara yang seharusnya sudah dikuasai pada masa prasekolah: b, m, s, d, n, dan h. terapi bicara sering kali membantu, dan pada kasus- kasus yang lebih ringan dapat teratasi dengan sendirinya pada usia 8 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Gangguan Fonologik. http://a11no4.wordpress.com. 220510

GANGGUAN BAHASA EKSPRESIF

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti

perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan

dalam mengingat katakata

atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam

pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh.

Gangguan menjadi jelas pada kirakira

usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata

dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan

keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan

artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga

ikut mendukung diagnosis.

SUMBER

www.dokteranakku.com/.../Buku%20gangguan%20bicara%20dan%20bahasa.pdf

Pengertian Gagap

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.

Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan yang dapat dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang terdekat dalam kehidupan seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang menetap.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Irwan. Dr. 2008. Gangguan Komunikasi. www.dokteranakku.com. 240510

Gangguan Bahasa Ekspresif

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam mengingat katakata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh.

Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas, terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung diagnosis.

Daftar Pustaka

Effendi, Irwan. Dr. 2008. Gangguan Komunikasi. www.dokteranakku.com. 240510

GAGAP

Gagap melibatkan gangguan pada kemampuan untuk bicara lancer dengan waktu yang tepat. Untuk dapat didiagnosis sebagai gagap, kurangnya kelancaran bicara harus tidak sesuai dengan usia anak. Gagap biasanya dimulai pada usia antara 2 dan 7 tahun dan terdapat pada sekitar 1 di antara 100 anak sebelum pubertas (APA, 2000). Gangguan ini ditandai oleh satu dari beberapa http://a11no4.files.wordpress.com/2010/05/gagap.jpg?w=300&h=190karakteristik sebagai berikut:

(1). Repetisis dari suara- suara dan suku kata

(2). Perpanjangan pada suara- suara tertentu

(3). Penyisipan suara- suara yang tidak tepat

(4). Kata- kata yang terputus, seperti adanya jeda di antara kata- kata yang diucapkan

(5). Hambatan dalam berbicara

(6). Circumlocution (subtitusi kata- kata alternatif untuk menghindari kata- kata yang bermasalah)

(7). Tampak adanya tekanan fisik ketika mengucapkan kata- kata, dan

(8). Repetisi dari kata yang terdiri dari suku kata tunggal (misalnya, “S-s-saya senang bertemu Anda”) (APA, 2000).

Gagap muncul terutama pada laki- laki dengan rasio sekitar 3 : 1. Gagap akan hilang pada 80% anak, umumnya sebelum usia 16 tahun. Sebanyak 60% kasus menunjukkan perbaikan tanpa penanganan. Gagap dipercaya melibatkan interaksi antara faktor genetis dan lingkungan (Felsenfeld, 1996; Yairi, Ambrose, & Cox, 1996). Pada beberapa kasus mungkin ada penyebab kecemasan sosial dan fobia sosial, paling tidak pada orang dewasa yang gagap (De- Carle & Pato, 1996, Scheiner, Wexler & Liebowitz, 1997). Penanganan pada gangguan komunikasi umumnya dilakukan melalui terapi bicara dan koseling psikologis untuk kecemasan sosial dan masalah- masalah emosional lainnya.

SUMBER

http://a11no4.wordpress.com/2010/05/22/gagap/

Kamis, 27 Mei 2010

DIAGNOSA ENCOPRESIS

LANGKAH MENEGAKKAN DIAGNOSA

Untuk mengetahui penyebab kesulitan pengendalian BAB ini, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan yaitu:

* Pemeriksaan kelainan saraf, misalnya pemeriksaan fungsi saraf dan lapisan otot-otot pelvis (panggul).

* Pemeriksaan struktur/organ pencernaan.

* Pemeriksaan anus dan rektum.

* Pemeriksaan sensasi di sekeliling lubang anus.

* Pemeriksaan sigmoidoskopi (pemeriksaan bagian dalam usus besar).

Pengobatan atau terapinya hampir sama dengan encopresis. Jika tak kunjung berhasil mungkin diperlukan proses pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

Semiun, Yustinus. 2006. Encopresis. Kanisius. 180510

Gangguan Bahasa Reseptif- Ekspresif

Gangguan bahasa reseptif- ekspresif mengacu pada anak- anak yang memiliki kesulitan baik dalam memahami maupun memproduksi bahasa verbal. Mungkin saja terdapat kesulitan dalam http://a11no4.files.wordpress.com/2010/05/gangguan-bahasa-reseptif-ekspresif.jpg?w=150&h=113memahami kata- kata atau kalimat- kalimat. Dalam beberapa kasus, anak memiliki kesulitan memahami tipe- tipe kata atau kalimat tertentu (seperti kata- kata yang mengekspresikan perbedaan kuantitas; large, big, atau huge), istilah- istilah spasial (sperti dekat atau jauh), atau tipe- tipe kaliamat (seperti kalimat yang dimulai dengan kata unlike). Kasus- kasus lain ditandai oleh kesulitan memahami kata- kata dan kalimat- kalimat sederhana.

Sumber

http://a11no4.wordpress.com/2010/05/22/gangguan-bahasa-reseptif-ekspresif-2/

Gangguan Artikulasi Fonologis

PENYEBAB

Gangguan fonologis bisa dikarenakan faktor usia yang mengakibatkan alat bicara atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara (speech motor) belum lengkap atau belum berkembang sempurna; dari susunan gigi geligi, bentuk rahang, sampai lidah yang mungkin masih kaku.

Beberapa kasus gangguan ini malah berkaitan dengan keterbelakangan mental. Anak yang kecerdasannya tak begitu baik, perkembangan bicaranya umumnya juga akan terganggu. Bila gangguan neurologis yang jadi penyebab, berarti ada fungsi susunan saraf yang mengalami gangguan.

Sebab lain, gangguan pendengaran. Bila anak tak bisa mendengar dengan jelas, otomatis perkembangan bicaranya terganggu. Tak kalah penting, faktor lingkungan, terutama bila anak tidak/kurang dilatih berbicara secara benar.

TERAPI BICARA

Bila penyebabnya kurang latihan atau stimulasi, akan lebih mudah dan relatif lebih cepat penyembuhannya asal mendapat penanganan yang baik. Namun bila dikarenakan gangguan neurologis, perlu dikonsultasikan ke ahli neurologi. Sementara jika berhubungan dengan keterbelakangan mental, biasanya relatif lebih sulit karena tergantung tingkat keterbelakangan mentalnya. "Kalau masuk kategori terbelakang sedang, pengucapan kata-kata anak biasanya juga sulit ditangkap. Akan tetapi dengan pemberian terapi bicara, pengucapannya bisa agak jelas, meski ada juga beberapa yang masih sulit dicerna oleh orang yang mendengarkannya," jelas Mayke.

Yang jelas, jika gangguannya masuk dalam taraf sulit, dianjurkan membawa anak berkonsultasi. Kriteria sulit: bila sudah mengganggu komunikasi atau kontak dengan orang lain, bahkan orang serumah pun tak mengerti apa yang dimaksudnya. Bila sudah ber"sekolah", gangguan ini bisa mempengaruhi prestasi. Misal, harus bernyanyi di depan kelas, tapi karena belum fasih membuatnya tak berani tampil. Jikapun berani, pengucapannya yang tak jelas akan memancing teman-teman mengolok-oloknya.

Dibutuhkan bantuan ahli terapi bicara untuk mengatasinya. Biasanya terapis akan menelaah kembali apakah si kecil mengalami gangguan speech motor. Gangguan speech motor ada yang bisa dilatih seperti halnya meniup lilin. Tak jarang perlu pula bantuan ahli THT untuk mengoreksi adanya gangguan pada organ-organ yang berhubungan dengan bicara yang berada di daerah mulut. Mungkin ada anak yang lidahnya tak terbentuk dengan baik, hingga terlalu pendek dan mempengaruhi kemampuan bicaranya. Cacat bawaan seperti sumbing juga bisa berpengaruh pada cara bicaranya, tapi gangguan ini bisa diatasi dengan operasi dan terapi bicara.

BAWA BERKONSULTASI

Anak yang mengalami gangguan fonologis kriteria sedang hingga berat, biasanya terlambat pula perkembangan bicaranya. Misal, baru bisa bicara di usia 3 tahun, atau usia 2,5 tahun baru bisa menyebut Mama/Papa. Kemungkinan lain, meski sudah 2 tahun tapi kemampuan bicaranya masih tahap bubbling alias tanpa arti, seperti "ma...mapa...pa". Namun bahasa resetif atau penerimaannya cukup baik, hingga bila ia disuruh atau diajak bicara akan mengerti.

Yang seperti ini pun, saran Mayke, sebaiknya dibawa berkonsultasi karena bila dibiarkan berlanjut, kemungkinan anak akan mengalami gangguan fonologis lebih parah. Itu sebab, bila sejak usia 10 bulan atau setahun, anak mulai dapat menyebut "Mama/Papa", tapi selepas 2 dua tahun tak bertambah, kita harus curiga dan cepat minta bantuan ahli. Terlebih bila kita sudah cukup banyak memberi stimulasi atau rangsangan. Bisa dengan membawanya ke psikolog/psikiater lebih dulu untuk mengetahui apakah ia mengalami gangguan fonologis karena keterbelakangan mental, gangguan neurologis, atau sebab lain.

Bila masalahnya menyangkut gangguan yang tak bisa ditangani psikolog, sebaiknya anak dirujuk ke ahli lain, seperti neurolog atau ahli terapi bicara. Para ahli terapi bicara bisa ditemui di berbagai institusi yang melakukan terapi untuk anak autis atau anak yang mengalami gangguan perhatian. Mereka biasanya juga menangani anak yang mengalami gangguan bicara.

Sedangkan lama penanganan tergantung beberapa hal. Seperti berat-ringan gangguan, upaya/kesediaan orang tua untuk mengantar anaknya terapi secara teratur maupun melatihnya di rumah, serta kerjasama dari anak. Jadi, saran Mayke, kita jangan segan-segan menanyakan pada terapis apa yang perlu dilakukan di rumah untuk menangani anak. Harusnya terapis-terapis pun cukup terbuka untuk memberi saran atau masukan seperti itu.

Keahlian terapis juga mempengaruhi tenggang waktu yang dibutuhkan untuk menangani gangguan anak. Begitu pula penguasaan/pendalaman terhadap masing-masing bentuk gangguan, tingkat kesulitan, dan cara penanganan yang tepat untuk tiap gangguan tadi. Selain, terapis juga harus bisa membina hubungan baik dengan anak, hingga anak merasa senang mengikuti program tersebut. Sebaliknya, akan jadi kendala bila si terapis kaku dan tak bisa membujuk anak.

DAFTAR PUSTAKA

Semiun, Yustinus. 2006. Faktor Penyebab Fonologis. Kanisius. 180510

Pencegahan Enuresis

Pencegahan

Alasan terpenting untuk mengobati anak dengan enuresis adalah untuk memperbaiki hilangnya kepercayaan diri dan masalah-masalah psikologik sekunder atau masalah-masalah perilaku yang berkembang akibat enuresis.5 Pencegahan enuresis hampir sama dengan terapi perilaku yang diberikan pada anak dengan diuresis. Anak harus dibiasakan untuk buang air kecil di toilet setiap pagi hari dan didorong agar tidak terbiasa menahan kencing. Kondisi-kondisi yang membuat anak tidak nyaman untuk menggunakan toilet sedapat mungkin dihindari. Karena konstipasi dapat menjadi faktor predisposisi enuresis, pencegahannya juga dapat mencegah terjadinya enuresis. Dengan demikian, anak juga harus dibiasakan untuk buang air besar setelah makan pagi, diet kaya serat, dan tidak terbiasa menahan buang air besar. Anak harus mengurangi minum setelah makan malam sehingga anak harus dibebaskan minum pada pagi dan awal siang hari.9

DAFTAR PUSTAKA

Sufriyana. 2010. Enuresis. http://imsj.globalkrching.com/enuresis/. 190510

Gangguan komunikasi

Gagap
Menginjak dewasa tidak semua orang telah memperoleh kemampuan bahasa dengan
baik. "Mmmmmm ... maksudnya," begitula setiap kali Aries sang ketua di sebuah
organisasi kala membnuka argumentasi. Bagi yang mendengar, kesulitan bahasa
seperti yang di alami Aries bikin gregetan. Tapi bagi Aries sendiri merasakan
bagaimana frustasinya mengendalikan pita suara, lidah, bibir sehingga mulutnya
dapat mengeluarkan rentetan kata, kalimat yang runut dan mulus. Kesulitan yang
ia alami sering disebut gagap (stuttering). Ibarat mobil, untuk menghidupkan mesinnya ia harus menyalakan starter lebih lama.

Asal bicara saja sepertinya mudah, tetapi menghasilkan vocal yang keluar
dengan kecepatan, tekanan dan ejaan yang tepat kiranya tidak mudah. Ketika kita
bicara, kita harus mengkoordinir banyak otot dari berbagai bagian tubuh
termasuk pita suara, gigi, mulut dan system pernapasan. Normalnya semua
kerja organ tersebut dapat berfungsi simultan serta otomatis. Gagap adalah masalah gangguan bicara yang mempengaruhi kepasihan bicara. Mereka yang mengalami kesulitan ini ditandai pengulangan bagin pertama dari kata yang hendak diucapkannya (seperti mmmmakan), atau menahan bunyi tunggal ditengah kata (misal begggggini). Sebagian orang yang gagap malah lebih parah, tidak ada satu suara pun yang keluar, tertahan semua di kerongkongan. Gagap atau orang Inggris menyebutnya stammering merupakan kelainan yang kompleks dan dapat berdampak pada kemampuan bicara dengan cara yang beragam.

Penanganan
Mereka yang mengalami gangguan bicara baiknya segera hubungi dokter atau spesialis gangguan bahasa. Mereka akan melakukan analisa jenis ganguan, penyebab dan mencarikan jalan pengobatannya. Sebagain akan sembuh dengan mengunjungi ahli terapi.

Mungkin latihan dan penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan melatih pernapasan. Berlatih mengambil dan mengeluarkan napas dengan tenang dan teratur. Latihan rileksasi juga dapat membantu. Dengan melatih otot agar lebih santai ketika bicara, dan mengontrol posisi badan. Merekam ucapan sendiri dan mendengarkannya kembali juga dapat ditempuh. Motivasi yang kuat, kesabaran yang tinggi serta dukungan keluarga, teman dan lingkungan pergaulan kiranya banyak membantu menyembuhkan gangguan bicara.

Gagap atau gangguan bicara lainnya dapat menimbulkan ketidak nyamanan dalam
komunikasi untuk kedua pihak, pendengar dan pembicara. Tetapi hanya mereka yang
mengalami gangguan bicara saja yang merasakan bagaimana prustasinya mengendalikan mulut bicara. Ucapan pendengar seperti "pelan-pelan" atau "coba tenang" seringkali tidak menyelesaikan. So, bagi anda penderita mulailah sampaikan keinginan anda pada lawan bicara bagaimana agar pembicaraan jadi lebih santai. Demikian juga pendengar, sabar menyimak dengan perhatian penuh akan memberi kesempatan pada mereka melewati masa-masa sulit.
(marzuki umar sa'abah, dari berbagai sumber)

Kemampuan berbahasa pada balita sangat terlambat bila :
Bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu
Bayi tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan
Tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan
Tidak bicara sampai usia 15 bulan
Tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan

DAFTAR PUSTAKA

Laksmi. 2002. Gagap dan Ragam Gangguan Bicara. http://ummuauliya.multiply.com/journal

/ journal/item/706. 190510

Terminologi, definisi dan klasifikasi

Enuresis merupakan kata dari bahasa Yunani yang berarti “membuat air”. Istilah ini digunakan sebagai istilah medis untuk mengompol, baik saat malam hari (nokturnal) maupun siang hari (diurnal).5 Istilah enuresis ini lebih sering dianggap mewakili enuresis saat tidur malam hari atau lazim disebut primary nocturnal enuresis (PNE) atau enuresis nokturnal. Enuresis nokturnal merupakan kondisi dimana anak yang sudah mampu menahan kencing saat terjaga tetapi mengompol saat tertidur.4 Sumber pustaka lainnya secara rinci menyebutkan bahwa syarat enuresis adalah anak berusia 5 tahun ke atas yang mengompol setidaknya 1-2 kali seminggu selama minimal 3 bulan.7,8 Namun, disebutkan pula bahwa PNE merupakan kondisi dimana anak mengompol di malam hari selama tidur saat anak seusianya sudah mampu menahan kencing atau saat anak tersebut baru bisa menahan kencing tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut sebelum enuresis mulai terjadi pada anak.1

Untuk membedakan enuresis nokturnal dan diurnal, International Children’s Continence Society baru-baru ini mempublikasikan standardisasi terminologi enuresis. Mereka mendefinisikan enuresis sebagai segala bentuk gejala mengompol yang terjadi dalam jumlah diskret pada malam hari, terlepas apakah hal tersebut berhubungan/tidak dengan gejala mengompol di siang hari. Hal ini perlu dibedakan dengan inkontinensia yang didefinisikan sebagai kebocoran urin tak terkendali yang terjadi secara intermiten atau kontinu dan terjadi setelah status kontinensia pernah tercapai. Inkontinensia kontinu berarti kebocoran urin konstan, seperti pada anak dengan ureter ektopik atau kerusakan iatrogenik pada sfingter eksterna. Sedangkan inkontinensia intermitten adalah kebocoran urin dalam jumlah diskret selama siang, malam, atau keduanya. Bentuk inkontinensia intermitten yang terjadi minimal di malam hari inilah yang mereka istilahkan dengan enuresis. Mereka juga menyebutkan bahwa kebocoran urin yang terjadi selama siang hari tidak lagi disebut sebagai enuresis diurnal tetapi sekarang disebut sebagai inkontinensia pada siang hari. Istilah lain yang perlu dibedakan dengan enuresis adalah dysfunctional voiding dimana terdapat inkompetensi kontraksi otot untuk menahan urin dan biasanya dihubungkan dengan konstipasi. Istilah ini juga merujuk pada sindroma eliminasi disfungsional.1

Berdasarkan derajat penyakit, enuresis nokturnal terbagi menjadi derajat ringan (enuresis pada 1-6 malam di bulan terakhir), derajat sedang (enuresis pada 7 malam atau lebih di bulan terakhir dan tidak setiap malam), dan derajat berat (enuresis setiap malam).2 Sedangkan berdasarkan jumlah gejala yang dikeluhkan, enuresis dapat dibagi menjadi tipe monosimptomatik dan non-monosimptomatik. Anak dengan enuresis monosimptomatik hanya mengompol di malam hari dan tidak ada gejala inkontinensia pada siang hari. Sedangkan anak dengan enuresis non-monosimptomatik mengalami inkontinensia pada siang hari selain mengompol di malam hari. Enuresis non-monosimptomatik ini lebih sering terjadi karena kebanyakan pasien biasanya pernah mengalami gejala inkontinensia pada siang hari tetapi seringkali tidak cukup bermakna (subtle) untuk dikeluhkan. Hal ini baru diketahui jika anamnesis dilakukan dengan teliti.9,10

Berdasarkan jelas/tidaknya penyebab, enuresis juga dapat dibagi menjadi enuresis primer dan enuresis sekunder. Enuresis primer didiagnosis pada individu yang belum pernah mengalami status kontinensia sejak lahir atau mengalami status kontinensia tidak lebih dari 6 bulan berturut-turut.1,8 Sedangkan enuresis sekunder didiagnosis pada individu yang telah mengalami periode kontinensia minimal 6 bulan berturut-turut sebelum onset enuresis.1,5 Manifestasi klinis enuresis primer yang sama dengan enuresis sekunder menunjukkan adanya kesamaan patogenesis umum pada kedua jenis enuresis tersebut.9 Oleh karena luasnya cakupan pembahasan mengenai enuresis sekunder yang merupakan akibat atau bagian dari gambaran klinis penyakit lain, makalah tinjauan pustaka ini akan lebih banyak menitikberatkan pembahasan enuresis primer yang bersifat monosimptomatik.

DAFTAR PUSTAKA

Sufriyana. 2010. Enuresis. http://imsj.globalkrching.com/enuresis/. 190510

Pelaksanaan Terapi Enuresis

Pemeriksaan penunjang

Urinalisis adalah pemeriksaan yang paling penting untuk skrining anak dengan enuresis. Anak-anak dengan sistitis biasanya memiliki bukti adanya leukosit atau bakteri pada urinalisis mikroskopik. Anak-anak dengan overactive bladder atau dysfunctional voiding, obstruksi uretra, neurogenic bladder, ureter ektopik, atau diabetes melitus merupakan predisposisi terjadinya sistitis. Jika ditemukan bukti sistitis pada urinalisis, urin harus dikirim untuk kultur dan uji sensitifitas. Obstruksi uretra dihubungkan dengan adanya sel darah merah pada urin. Adanya glukosa menunjukkan kemungkinan diabetes melitus. Pengambilan urin acak atau urin pagi hari dengan berat jenis lebih dari 1,020 menyingkirkan diabetes insipidus. Pemeriksaan darah pada pasien enuresis biasanya tidak dibutuhkan kecuali dicurigai ada kondisi lain yang menjadi indikasi pemeriksaan tersebut.5

Penatalaksanaan

Terapi perilaku (behavioral therapy) merupakan salah satu terapi yang disarankan untuk pasien enuresis. Pada terapi ini, anak dibiasakan untuk buang air kecil lebih sering dan terjadwal serta membiasakan anak untuk buang air besar setelah sarapan pagi. Hal ini tentu memerlukan motivasi terus-menerus dan dievaluasi setiap 6 bulan. Anak juga dapat diajarkan untuk belajar merelaksasi kandung kemih dan dasar pelvisnya.10

Pada sebuah penelitian tanpa kontrol, keberhasilan dalam menangani konstipasi, tanpa adanya intervensi lain, menyebabkan resolusi enuresis pada 63% dari 41 pasien. Obat yang mampu melunakkan tinja membantu meningkatkan keteraturan peristaltik untuk mengoptimalkan pengosongan usus. Pemberian polietilen glikol, yang tidak berasa bagi hampir semua anak dan memiliki efek samping yang minimal, merupakan cara yang efektif mengatasi konstipasi dibandingkan dengan plasebo.9

Tabel 3. Rekomendasi penggunaan terapi perilaku.9

Lepaskan celana dalam dan kondisikan anak untuk buang air kecil di toilet setiap pagi hari.†

Dorong anak untuk tidak menahan kencing.†

Kerjasama dengan pihak sekolah untuk menyediakan toilet yang nyaman digunakan oleh anak.†

Dorong anak untuk buang air besar setiap hari, terutama setelah makan pagi dan sebelum berangkat sekolah.†

Dorong anak makan makanan yang melunakkan tinja dan mencegah makanan yang mengeraskan tinja.†

Dorong anak untuk buang air kecil minimal sekali per 2 jam, minimal beberapa kali selama hari sekolah, dan cukup sering untuk mencegah urgensi dan inkontinensia.‡

Biarkan anak minum air sebebasnya selama pagi dan awal siang hari, minimal total 30 mL per kg berat badan.‡

Minimalisir asupan air dan minuman setelah makan malam kecuali anak ikut aktifitas sosial atau olahraga di malam hari.‡

Dorong anak mengimbangkan aktifitas fisik dan mengurangi duduk lama di depan televisi atau komputer.‡

Buat anak berada dalam posisi duduk/jongkok yang optimal di toilet untuk merelaksasikan otot dasar panggul dan mempermudah pengosongan usus (duduk di tengah toilet dengan tumit rata di lantai atau di pijakan kaki).‡

Keterangan:

† Rekomendasi berdasarkan pengalaman klinis, bukan rendomized trials.

‡ Rekomendasi berdasarkan penelitian Nevéus et al.

Terapi alarm adalah alternatif lain untuk pengobatan enuresis. Dengan terapi ini, anak dibangunkan tepat pada saat dimana dia akan buang air kecil. Terapi alarm ditujukan untuk memperbaiki kemampuan bangun dari tidur baik oleh kondisi klasik atau pengaruh lainnya.9 Terapi alarm seringkali dapat menghentikan enuresis tetapi anak-anak masih berkemungkinan mengalami penurunan kapasitas kandung kemih yang membuat anak bangun malam hari. Pendekatan terapeutik ini memerlukan waktu 3-6 bulan untuk bekerja dan sekitar 50% anak tidak enuresis lagi bahkan setelah terapi dihentikan.10

Tabel 4. Rekomendasi penggunaan terapi alarm.9

Gunakan sebagai terapi lini pertama sebelum meresepkan obat-obatan.

Lanjutkan terapi minimal 2-3 bulan.

Bangunkan anak dengan alarm setiap malam.

Dorong anak dan orang tua untuk ikut serta.

Karena anak-anak dengan cepat belajar untuk mematikan alarm dan kembali tidur, orang tua harus ikut terbangun setiap alarm berbunyi untuk memastikan anak tidak melakukannya.

Buat anak ke kamar mandi dan buang air kecil setiap alarm berbunyi.

Informasikan keluarga bahwa beberapa minggu pertama terapi adalah masa paling sulit, susun jadwal follow up lebih dini untuk mengawasi perkembangan dan mengatasi masalah lainnya.

Informasikan keluarga bahwa kegagalan anak untuk bangun atau orang tua untuk membangunkan anak adalah alasan paling sering terjadinya kegagalan terapi alarm.

Keterangan: rekomendasi didapatkan dari Glazener et al. Terapi ini efektif pada ? anak (4-55% relaps).

Terapi farmakologik terdiri atas desmopressin, antikolinergik, dan antidepressan trisiklik. Desmopressin dapat mengurangi poliuria nokturnal. Sediaannya yang dalam bentuk sprai nasal memiliki waktu paruh yang panjang sehingga perlu diwaspadai kemungkinan intoksikasi air dan hiponatremia. Formulasi oral lebih aman digunakan dengan waktu paruh yang pendek. Anak-anak memerlukan pembatasan cairan sebelum tidur ketika menggunakan obat ini. Obat ini tidak dapat menambah kapasitas kandung kemih.10

Antikolinergik dapat menjaga stabilitas dan meningkatkan kapasitas kandung kemih. Penggunaan antikolinergik akan bermanfaat jika dikombinasikan dengan desmopressin. Anak-anak dengan pengobatan ini harus konsultasi ke dokter lebih rutin karena kemungkinan efek samping penggunaannya. Antidepressan trisiklik (contohnya, imipramin) hanya digunakan ketika terapi lain gagal. Perubahan afek dan gangguan tidur sering terjadi pada pasien enuresis. Antidepressan trisiklik juga dapat membawa risiko kematian akibat overdosis dan bekerja hanya pada 20% kasus.10

Tabel 5. Rekomendasi penggunaan terapi farmakologik.5,9

Karakteristik

Desmopressin

Agen antikolinergik

Imipramin dan agen trisiklik lainnya

Evidence-based

Ya

Tidak

Ya

Mekanisme

Mengurangi poliuria nokturnal

Meningkatkan kapasitas kandung kemih, menurunkan overaktifitas detrusor

Tidak jelas

Pertimbangan

Gunakan sebagai lini pertama terapi farmakologik, pertimbangkan untuk situasi tertentu (berkemah, dll)

Gunakan sebagai lini kedua terapi farmakologik untuk anak-anak yang tidak berespon terhadap lini pertama, pertimbangkan untuk dikombinasi dengan desmopresin

Gunakan hanya sebagai lini ketiga terapi farmakologik ketika semua pilihan terapi gagal

Efikasi

Mengompol berhenti pada 3-48% subjek penelitian, bekerja sebagai pengontrol bukan penyembuh, dapat relaps setelah pengobatan berhenti

Bekerja sebagai pengontrol bukan penyembuh, dapat relaps setelah pengobatan berhenti

Mengompol berhenti pada 20% subjek penelitian, bekerja sebagai pengontrol bukan penyembuh, dapat relaps setelah pengobatan berhenti

Dosis

Tablet: 200-600 µg 1 jam sebelum tidur; Formulasi cepat larut: 120-360 µg 30-60 menit sebelum tidur (pertimbangkan sediaan ini untuk anak yang sulit menelan tablet)

Tablet atau sirup oksibutinin: 5 mg atau 0,1 mg/kg sebelum tidur; tablet tolterodine: 2 mg sebelum tidur

Tablet: 25-50 mg sebelum tidur, tidak lebih dari 75 mg sebelum tidur

Efek samping

Intoksikasi air disertai sakit kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran, kejang; formulasi nasal-spray dengan label peringatan kotak hitam dibuat karena peningkatan risiko intoksikasi air, tidak direkomendasikan

Konstipasi, mulut kering, mata kabur, muka memerah, intoleransi panas, perubahan afek, peningkatan residu urin

Perubahan afek, mual, gangguan tidur, kardiotoksik dengan potensi kematian akibat overdosis, obat harus disimpan dengan baik, jauhkan dari jangkauan anak-anak

Interaksi obat

NSAIDs dan antidepressan dapat menyebabkan tambahan retensi cairan



Desmopressin memang telah diterima sebagai terapi medikamentosa untuk terapi enuresis nokturnal primer yang monosimptomatik. Namun, beberapa pasien ditemukan tidak berespon terhadap terapi ini. Pada pasien ini, dapat diberikan alternatif kombinasi desmopressin dan terapi antikolinergik. Untuk menguji efikasi kombinasi ini, Austin et al melakukan penelitian mengenai hasil akhir atas kombinasi terapi ini. Setelah 1 bulan terapi, terdapat penurunan signifikan angka rata-rata terjadinya enuresis pada kelompok subjek yang mendapat kombinasi terapi dibandingkan plasebo. Dengan pendekatan rumus, diperkirakan adanya penurunan signifikan 66% risiko enuresis dibandingkan dengan plasebo.13

Radmayr et al melakukan penelitian terhadap 36 penelitian acak atas 20 anak berusia antara 5 dan 16 tahun yang mendapat terapi akupunktur atau desmopressin saja dan melakukan evaluasi setelah 6 bulan terapi. Sekitar 75% dan 65% pasien tidak lagi mengalami enuresis. Tidak adanya perbedaan signifikan di antara kedua modalitas terapi pada penelitian ini menunjukkan bahwa akupunktur dapat menjadi alternatif terapi. Akupunktur diduga memicu perubahan homeostatik dengan menguatkan chi ginjal dan limpa serta meregulasi otak. Namun, peneliti tidak menyebutkan secara jelas bagaimana mekanisme yang rinci mengenai penguatan ginjal dan limpa serta regulasi otak ini. Sayangnya, penelitian yang mendukung efektifitas akupunktur pada pasien enuresis dilakukan dengan jumlah subjek penelitian yang sedikit dan desain penelitiannya tidak menggunakan kontrol sehingga sulit untuk menarik kesimpulan apakah akupunktur dapat direkomendasikan pada pasien enuresis.14

DAFTAR PUSTAKA

Sufriyana. 2010. Enuresis. http://imsj.globalkrching.com/enuresis/. 190510

Faktor Enuresis

Faktor risiko, etiologi dan patofisiologi

Beberapa faktor risiko yang terbukti berkaitan dengan enuresis derajat berat adalah inkontinensia pada siang hari, enkopresis, disfungsi kandung kemih dan jenis kelamin laki-laki. Sedangkan stress emosional dan masalah sosial dikaitkan dengan enuresis nokturnal derajat sedang.2 Enuresis dilaporkan terdapat pada sekitar 18,5% anak-anak yang bersekolah di siang hari dan pada sekitar 11,5% anak-anak yang ‘bersekolah’ di rumah. Prevalensi enuresis meningkat pada anak yang tinggal di desa, dengan pendapatan rendah dan dengan riwayat keluarga enuresis. Setelah dilakukan analisis multivariat, riwayat infeksi saluran kemih, usia, pendapatan bulanan rendah dan riwayat keluarga enuresis adalah faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan enuresis. Sekitar 46,4% orang tua dan 57,1% anak dengan enuresis memberikan perhatiannya terhadap dampak dari enuresis ini.11

Seorang dokter harus menyadari bahwa PNE adalah diagnosis ‘keranjang sampah’ dan semua penyebab mengompol yang lain harus disingkirkan terlebih dahulu. Penyebab-penyebab enuresis sekunder antara lain neurogenic bladder dan kelainan medula spinalis lain yang terkait, infeksi saluran kemih, adanya katup uretra posterior pada laki-laki atau ureter ektopik pada perempuan.12

Tabel 1. Etiologi primary nocturnal enuresis.12

Faktor

Patofisiologi

Bukti penelitian

Penundaan perkembangan

Penundaan maturasi fungsi sistem saraf pusat yang menyebabkan gangguan bangun tidur

Tinggi angka remisi spontan ketika anak semakin dewasa, penelitian pada hewan.

Genetik

Tidak jelas

Riwayat keluarga, identifikasi gen, analisis hubungannya

Gangguan tidur

Tidur dalam

Penelitian tentang tidur

Gangguan perilaku dan psikologik

Tidak jelas

Lebih dominan sebagai akibat daripada sebagai penyebab

Anatomi

Tidak ditemukan

Anak dengan primary nocturnal enuresis memiliki pemeriksaan fisik yang normal

Kadar hormon antidiuretik

Kadarnya rendah saat malam hari pada anak dengan primary nocturnal enuresis yang menyebabkan overproduksi urin

Penelitian tentang hormonal.

Enuresis dapat terjadi tanpa sebab yang jelas atau idiopatik. Jika hal ini didapati, faktor patofisiologik yang patut diduga adalah gangguan bangun tidur, poliuria nokturnal, dan kapasitas nokturnal kandung kemih yang kurang. Gangguan bangun tidur adalah kondisi dimana anak tidak terbangun oleh rangsang suara yang biasanya direspon oleh anak normal, sehingga pada kasus enuresis, diduga anak tidak terbangun oleh distensi kandung kemih oleh urin. Sedangkan poliuria nokturnal adalah buang air kecil berlebihan pada malam hari yang ditentukan oleh faktor-faktor seperti jumlah makanan/cairan yang dikonsumsi sebelum tidur, sekresi antidiuretic hormone (ADH) yang rendah pada malam hari, peningkatan ekskresi cairan pada malam hari, dan kelebihan asupan kafein. Sedangkan kapasitas fungsional kandung kemih yang rendah dikaitkan dengan dengan banyaknya keluaran urin pada malam hari. Hal in terjadi karena anak dengan enuresis memiliki volume kandung kemih nokturnal yang lebih kecil. Selain itu, otot detrusor anak juga mengontraksikan kandung kemih ke volume yang lebih kecil lagi pada malam hari.5

DAFTAR PUSTAKA

Sufriyana. 2010. Enuresis. http://imsj.globalkrching.com/enuresis/. 190510

pemeriksaan fisik Enuresis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

Evaluasi enuresis nokturnal dimulai dengan anamnesis. Penting untuk menentukan apakah enuresis merupakan primer atau sekunder. Pola enuresis juga harus ditentukan, yaitu mencakup berapa malam per minggu dan berapa kali (episode) per malam. Pola asupan cairan malam hari harus dicatat, demikian pula asupan kafein jika ada.1

Tabel 2. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta interpretasinya.9

Gejala, tanda, kondisi

Interpretasi yang mungkin

Rujukan ke dokter spesialis

Sering buang air kecil

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Nokturia

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Urgensi urinaria


Ya

Inkontinensia di siang hari


Ya

Kelainan aliran kemih atau interuptus


Ya

Urin merembes pada popok

Poliuria nokturnal

Tidak

Urin volume besar pada buang air kecil pertama pagi hari

Poliuria nokturnal

Tidak

Asupan air siang hari sedikit, haus saat pulang sekolah, mayoritas asupan air pada sore atau malam hari

Poliuria nokturnal

Tidak

Haus, poliuria

Poliuria nokturnal, kemungkinan diabetes melitus atau diabetes insipidus

Tidak

Sistitis

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Konstipasi atau enkopresis

Penurunan kapasitas kandung kemih

Ya

Mendengkur

Gangguan bangun tidur

Ya

Tinja keras di abdomen

Konstipasi

Ya

Tidak adanya jepitan anus

Neurogenic bladder

Ya

Kelainan kulit lain di daerah vertebra lumbosakral

Neurogenic bladder

Ya

Tidak ada perbaikan dengan terapi


Ya

Anamnesis harus mencakup pertanyaan mengenai poliuria, polidipsia, urgensi, frekuensi, disuria, kelainan aliran urin, riwayat infeksi saluran kemih, mengompol spontan, dan keluhan saluran cerna (15% anak dengan enuresis juga mengalami enkopresis). Riwayat gangguan tidur seperti sleep apnea atau insomnia dan riwayat neurologik maupun perkembangan harus ditanyakan. Riwayat keluarga juga membantu investigasi enuresis.1

Pemeriksaan fisik harus mencakup palpasi abdomen untuk menilai ada/tidaknya massa tinja, pemeriksaan tulang belakang segmen bawah untuk menilai ada/tidaknya stigmata kutaneus disrafisme spinalis (pigmentasi pada linea vertebralis), penilaian jepitan anus, dan evaluasi kekuatan motorik, tonus, refleks, dan sensasi di tungkai untuk membuktikan ada/tidaknya neurogenic bladder. Anak-anak yang mengalami gejala mengompol di siang hari atau tidak membaik dengan terapi harus dirujuk ke dokter spesialis anak.9

DAFTAR PUSTAKA

Sufriyana. 2010. Enuresis. http://imsj.globalkrching.com/enuresis/. 190510